Dalam hal ini, ada beberapa versi saksi di lapangan,
yaitu :
1.
Aktivis
HAM Papua Jones Douw
Anak-anak
manusia yang sekolah SMAN 1 Paniai ditembak mati oleh Polisi indonesia di
Paniai, Senin (8/12). “Penembakan terjadi di depan lapangan Soeharto Enarotali
(lapangan Karel Gobai),” kata Jones Douw dari Paniai.
Korban
yang tewas akibat kebrutalan aparat keamanan gabungan tersebut, kata Douw, masing-masing
bernama Habakuk Degei seorang warga sipil, Bertus Gobay dan Neles Gobay,
keduanya mahasiswa STIE Karel Gobay, Yopianus Gobay seorang siswa SMA dan
Yulianus Yeimo. Sementara korban luka berat ada tiga orang.
“Luka
tembak diperut. Peluru masih dalam tubuh. Ada 22 korban luka ringan kaki
tertembus peluru,” lanjut Douw.
Kejadian
ini, menurut Douw terjadi pada hari Minggu (7/12), sekitar pukul 00:15 WP. Saat
itu, satu mobil Fortuner tanpa lampu melaju di depan pondok natal pemuda
setempat, menuju ke Madi. Tiga orang pemuda yang berada di pondok natal
tersebut menyampaikan kepada pengendara mobil untuk menyalakan lampu mobil.
“Mereka
hanya sampaikan ini malam, jadi pasang lampu baru lewat. Kita sama-sama jaga
dan kami juga merayakan natal jadi kamu juga menghargai kami,” kata Douw
menirukan pesan tiga pemuda itu.
Namun
pengemudi mobil yang rupanya berisi aparat keamanan langsung lewat tanpa
pembicaraan apapun. Tiga pemuda itu kembali ke pondok seperti biasa. Mereka
tidak pikir apa yang terjadi, karena mereka tidak buat kesalahan.
“Mereka
tiga asyik pasang lagu-lagu natal dan menikmati lagu natal, tiba-tiba satu truk
berisi aparat gabungan dan mobil fortuner dari arah Madi berhenti di depan
Pondok. Mereka menganiaya Yulianus Yeimo sampai tidak berdaya dan mereka
bongkar Pondok Natal itu,” katanya.
Pasca
penganiayaan tersebut, pagi harinya masyarakat dari kampung Ipakiye menuju ke
kota Enarotali yang jaraknya diperkirakan 5 Km dengan tujuan menanyakan dan
meminta penjelasan dari aparat keamanan mengenai pelaku dan mobil yang
dikendarai.
Sekitar
pukul 10.00 WIT, karena marah, masyarakat lalu membakar satu buah mobil
Fortuner yang diduga sebagai mobil yang semalam melintas di depan pondok natal.
Setelah itu mereka berkumpul di lapangan Karel Gobay, sambil bernyanyi dan
waita. Tindakan masyarakat ini ternyata ditanggapi secara brutal oleh aparat
keamanan. Mereka langsung menembak masyarakat yang ada di lapangan Karel Gobay
itu.
Yones
Douw membantah isu yang menyebutkan ketiga pemuda yang dipukul pada minggu (7/12)
malam terlibat gerakan separatis TPN/OPM.
“Tiga
Pemuda yang berada di pondok natal dan korban yang ditembak mati itu bukan
TPN/OPM atau bukan orang Partai Politik. Mereka itu benar-benar masyarakat
sipil, pelajar dan mahasiswa. Jadi peristiwa berdarah di Paniai ini tidak ada
kaitan dengan Papua Merdeka atau TPN OPM,” kata Douw.
2. Majalahselangkah
Ternyata,
5 orang yang ditembak aparat gabungan Polisi dari Kepolisian Resort (Polres)
Paniai, Kepolisian Daerah (Polda Papua) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI),
Tim Khusus dari Batalyon 753 Nabire, Kodam XVII Cenderawasih Papua adalah
pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA).
Wartawan
majalahselangkah.com menemui sejumlah pihak, termasuk keluarga korban di
tempat kejadian maupun di Rumah Sakit Umum (RSUD) untuk memastikan nama-nama
korban tewas dan korban luka-luka.
Berdasarkan
penelusuran itu, 5 orang yang ditembak adalah pelajar SMA Negeri 1 Paniai
Timur. Sementara, 17 orang yang terkena luka tembak, 4 di antaranya
adalah pelajar Sekolah Dasar.
Para pelajar yang tewas tertembak adalah:
SATU:
Simon Degei berusia 18 Tahun.
Ia sekolah di Siswa SMA Negeri 1 Paniai dan saat ini berada di
Kelas III. Ia ditembak mati di tempat kejadian dan saat ini masih dijejer
bersama mayat lainnya di lapangan sepak bola Karel Gobay.
DUA: Otianus Gobai. Ia berusia 18
Tahun. Otianus Siswa SMA Negeri 1 Paniai Kelas III, mengenakan baju
sekolah, Osis. Ia ditembak mati di tempat.
KETIGA: Alfius Youw berusia 17 Tahun. Ia
juga adalah siswa SMA Negeri 1 Paniai Kelas III. Tampak di foto,
dia mengenakan baju olahraga biru. Sama dengan tiga lainnya, ia ditembak mati
di tempat.
KEEMPAT:
Yulian Yeimo berusia 17 Tahun.
Ia belajar di SMA Negeri 1 Paniai . Saat ini berada di kelas I. Ia meninggal di
RSUD Paniai.
KELIMA:
Abia Gobay berumur 17
Tahun. Ia juga adalah siswa SMA Negeri 1 Paniai. Seperti 3 rekan lainnya, ia
berada di Kelas III. Abia ditemukan tewas ditembak di Kampung
Koge Kotu, sebelah lapangan terbang, sekitar 400 meter dari Kantor Polres
Paniai. Mayat Abia Gobay telah dibawa pergi ke rumah oleh keluarga.
Malam ini tidak dijejer bersama mayat empat rekannya.
Hingga
malam ini, mayat para korban masih dijejer di lapangan terbuka sepak bola
"Karel Gobay" pusat kota Enarotali. Keluarga korban bersama masyarakat
mengadakan duka bersama. Di sana, warga telah memasang tenda di lapangan.
"Kami
akan di sini sampai Kapolda dan Pangdam datang tanggung jawab perbuatan anak
buah mereka di sini," kata salah satu orang tua korban.
Kepada
majalahselangkah.com, kepala Bidang SMA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Paniai, Andreas Tekege mengatakan, pihaknya merasa ini adalah sejarah baru dan
rugi besar dengan tewasnya para pelajar SMA kelas III ini.
"Kami
rugi besar sekali. Ini sejarah baru bagi kami. Mereka adalah anak SMA dan
kelas III. Bulan Juni akan ujian dan masuk perguan tinggi. Ini tidak hanya satu
orang. Kami benar-benar kehilangan,"tuturnya.
Kapolres Paniai, Daniel T. Prionggo tidak menjawab telepon dari majalahselangkah.com.
Sementara, Wakapolres Paniai memantau langsung korban yang dijejer di lapangan
sepak bola Karel Gobay tetapi tidak memberikan keterangan kepada
wartawan.
Majalahselangkah.com menemuai dokter Yosua Purba,
dokter yang menangani para korban yang dirawat di ruang IGD RSUD Paniai.
Ia menjelaskan, pihaknya melayani korban sejak Pukul 09.00 dengan pasien yang
berlumuran darah.
Pihak
RSUD Paniai, pada siang tadi belum mendata korban luka-luka yang dirawat di
sana. Wartawan media ini mendatangi pasien langsung dan menanyakan nama mereka.
Berdasarkan pendataan itu, 4 orang siswa sekolah dasar (SD), 1 orang siswa SMP,
serta ada PNS, mahasiswa, Satpam, Ibu Rumah Tangga.
Yulian
Tobai , Satpam RSUD Paniai sing tadi tampak kritis luka tembak dan peluru
masih bersarang di tubuhnya.
Berikut
nama-nama mereka:
Ø Oni Yeimo (Pemuda) dirawat di
RSUD Paniai di Madi.
Ø Yulian Mote (25 Tahun, PNS) dirawat
di RSUD Paniai di Madi.
Ø Oktovianus Gobay (Siswa SMP KLS I)
dirawat di RSUD Paniai di Madi.
Ø Noak Gobai (Mahasiswa di
STIKIP Semester V) dirawat di RSUD Paniai.
Ø Bernadus Magai Yogi (Siswa SD
KLS IV) dirawat di RSUD Paniai di Madi.
Ø Akulian Degey (Siswa SMP KLS
1) dirawat di RSUD Paniai di Madi.
Ø Agusta Degey ( 28 Tahun, Ibu Rumah
Tangga) dirawat di RSUD.
Ø Andarias Dogopia (Pemuda) dirawat di
RSUD Paniai di Madi.
Ø Abernadus Bunai (Siswa SD KLS
IV) dirawat di RSUD Paniai di Madi.
Ø Neles Gobay (PNS) dirawat di
RSUD Paniai di Madi.
Ø Jerry Gobay (Siswa SD KLS V) dirawat
di RSUD Paniai di Madi.
Ø Marice Yogi (52 Tahun, Ibu Rumah
Tangga) dirawat di RSUD Paniai di Madi.
Ø Oktovianus Gobay (Siswa SD KLS
V) dirawat di RSUD Paniai di Madi.
Ø Yulian Tobai (Satpam RSUD)
dirawat di RSUD Paniai di Madi, kritis.
Ø Yuliana Edoway (Ibu Rumah Tangga)
dirawat di RSUD Paniai di Madi.
Ø Jermias Kayame (48 Tahun, Kepala
Kampung Awabutu) dirawat di RSUD.
Ø Selpi Dogopia (34)
Hingga
malam ini, majalahselangkah.com belum memastikan, berapa banyak orang
dari 17 orang ini yang sudah diperbolehkan pulang untuk perawatan di rumah oleh
dokter RSUD.
" Look To Jesus Is Lifes Way "