Rabu, 10 September 2014
John Otto Ondawame, Ujung Tombak Papua Dari Memangkawi
Rabu, September 10, 2014
No comments
Orang
Papua baru saja tersentak , menundukkan kepala atas kepergian salah
satu tokoh pejuang Papua dari Nemangkawi. Radio New Zealand menyebutnya
sebagai pemimpin penting bagi orang-orang Papua.
Namanya
John Otto Ondowame , lelaki Amungme kelahiran Wanamun, Bumi Amungsa, 30
November 1953. Sejak 2013 bersama rekan-rekannya di WPNCL berjuang
untuk Papua Barat masuk dalam deretan bangsa-bangsa Ujung Tombak
Melanesia.
Rex
Rumakiek, salah seorang rekan seperjuang dari WPNCL mengatakan orang
Papua telah kehilangan tokoh penting dan ilmuwan politik dalam
perjuangan Papua Merdeka. Katanya, Ondowame adalah orang yang
berpendidikan tinggi dan datang dari wilayah yang kaya tambang emas,
tetapi memilih hidup sederhana dan bersahaja. Ia tamat dari Universitas
Cenderawasih (Uncen) dan masuk dalam semak-semak hutan rimba, memanggul
senjata dan berjuang demi tanah Papua.
Sayangnya pejuang ujung tombak bangsa Papua telah pergi menghadap Hai Yogon Nerek atau Jomun Somun Nerek, Bapak Maha Kuasa, Maha Baik, Maha Suci yang berada di Surga atau Sang Pencipta dalam bahasa Amungme.
Dia
menghembuskan nafas terakhir pada 4 September lalu di Rumah Sakit di
Port Villa Vanuatu, di Pasifik Selatan, setelah berjuang mempertahankan
hidup dari penyakit jantung yang dideritanya. Ia pergi meninggalkan
seorang isteri perempuan asal Fiji dan anak laki-laki bernama Jacob.
Para
pemuda Amungme pada awal 1970 an banyak yang datang belajar di Kota
Jayapura, termasuk John Otto Ondowame mahasiswa administrasi negara
Uncen, Thom Beanal mahasiswa STFT Taburia Padangbulan, Constan
Hanggaibak mahasiswa APDN Yoka, Kelly Kwalik bersekolah di SPG Taruna
Bhakti Waena.
Selesai
meraih gelar sarjana muda dari Universitas Cenederawasih 1976,
pilihannya memperjuangkan kemerdekaan Papua. Setahun kemudian 1977 pecah
peristiwa sosial dan masyarakat Amungme mengungsi sampai ke tambang Ok
Tedi di Papua New Guinea, akibat operasi militer. Seluruh wilayah
pegunungan berkecamuk, pesawat tempur Bronco memborbardir dari udara,
menghilangkan nyawa banyak orang. Peristiwa Kobagma ini menjadi awal
tragedi 1977.
John
Otto Ondowame bergabung bersama pejuang Papua Jacob Pray yang juga
sarjana muda lulusan Universitas Cenderawasih. Bertahun-tahun dia
berjuang di hutan perbatasan Papua dan Papua New Guinea(PNG). Sekitar
1983 para pejuang di hutan Papua ini mendapat suaka politik di Eropa.
Jacob Pray dan Otto Ondowame ke Stockolm Swedia dan bergabung dengan
Nick Messet, Indey, Dr Mauri. Sedangkan Zeth Roemkoren mendapat suaka
politik di Yunani.
Orang
Amungme selalu mengungkapkan perasaan mereka dengan memakai kata-kata
kiasan yang memiliki arti sangat mendalam. Mendiang Mozes Killangin
tokoh Amungme dalam tulisannya kepada Majalah Triton 1958 mengungkapkan,
Pasang Lampu Lekas Antero Masih Gelap. Dalam artikelnya Guru Mozes
Kilangin menegaskan kawasan Akimuga dan Puncak Cartensz masih tertinggal
dan belum pernah ada sentuhan pembangunan dari pemerintah Belanda.
Begitu
pula salah seorang putra Amungme, almarhum Anthon Kelanangame, eks
wartawan Tifa Papua dalam skripsi sarjana muda di Sekolah Tinggi
Filsafat Fajar Timur(STFT) berjudul, “Belum Bertanya Sudah Menjawab”.
Artinya, mereka semua belum bertanya kepada masyarakat Amungme sudah
menjawab dengan membuka tambang di kawasan Nemangkawi.
John
Otto Ondowame . Laki laki dari Amungme, patut dikenang sebagai ujung
tombak Papua yang runcing, memperjuangkan hak-hak orang Papua untuk
lepas dari belenggu pasca kolonialisme modern.
Meski
berjuang dengan segala keterbatasan, John Otto Ondowame tak lupa untuk
belajar, mereguk sumur pengetahuan.. Bayangkan saja dia mampu meraih
gelar PhD , political science dari Australian National University 2000.
pendidikan Pasca Sarjana dia selesaikan dari University of Western
Sidney.
Menyimak
dari berbagai gelar kesarjaannya, Otto Ondowame adalah orang yang
selalu belajar baik secara otodidak maupun melalui jalur resmi.
Sangat
jarang menemui seorang pejuang Papua yang berpendidikan tinggi dan mau
berjuang untuk orang Papua Merdeka. Bahkan pertemuan di Noumea,
Kaledonia Baru, sangat nampak menegaskan bahwa Otto Ondowame memegang
peran penting untuk melobi Papua Barat, masuk dalam keluarga besar Ujung
Tombak Melanesia.
Lidah
Ondonawe sangat fasih berbahasa Inggris, Swedia dan juga Belanda. Tak
heran kalau kemampuan berbahasa asing membuatnya memiliki kelebihan
untuk bernegosiasi dalam diplomasi politik.
Ondowame menulis disertasinya berjudul ’One people, one soul’: West Papuan nationalism and the Organisasi Papua Merdeka (OPM)/Free Papua Movement.
PhD, RSPAS, ANU, c. 2000. Mendiang Ondowame juga menulis berbagai
artikel tentang Papua terutama tentang hak penentuan nasib sendiri. Sumber : (Jubi/Dominggus A Mampioper)
" Look To Jesus Is Lifes Way "
Langganan:
Postingan (Atom)
Ingatan
Hanya " SATU PAPUA " Dari Dulu Menjadi " SATU Dan KUAT " Demi Mewujudkan Impian Masa Depan Bangsa Papua. Menulis tentang apa yang saya saksikan dengan MATA, HATI, dan PIKIRAN ke-MELANESIA-an saya di West Papua sebelum menerima salah satu bagian dari hidup yang mutlak, yakni KEMATIAN...
Message For Visitor
=== Write about what I see with EYES, HEART and MIND the MELANESIA's Version my West Papua before receiving one part of life is absolute, ie DEATH ===