Jumat, 12 September 2014

Sebagian Keadaan di Papua Saat Berlakunya Otsus dan UP4B

 Ada apa di Papua......??? 

    Hendrik Yarisetou
Papua memiliki kekayaan alam melimpah dengan beranekaragam suku, ras, budaya, adat-istiadat serta agama dan kepercayaan. Kekayaan ini seyogyanya dimanfaatkan untuk menyejahterakan segenap orang Papua. Namun, harus diakui bahwa sampai saat ini, sebagian besar orang Papua masih tetap terbelakang, hidup miskin dan menderita.
Pulau Papua yang sangat menjanjikan masa depan yang cerah ini, telah mengundang perhatian jutaan mata umat manusia dari berbagai pulau di Nusantara untuk datang mengais rejeki. Kemudahan sarana komunikasi dan transportasi memudahkan arus migrasi ke Pulau Papua. Setiap hari, pelabuhan laut dan bandar udara disesaki oleh para pendatang baru yang hendak menjejal hidup di pulau menjanjikan ini.
Situasi ini menjadi salah satu alasan bahwa orang Papua menjadi minoritas di atas pulaunya. Bukan hanya menjadi minoritas, orang Papua juga semakin tersingkir karena minimnya keahlian dan keterampilan untuk bertahan hidup di wilayah perkotaan yang semakin dikuasai oleh kaum pendatang. Orang Papua semakin tersingkir ke daerah pedalaman.
Hal ini didukung dengan sikap pemilik hak ulayat (tanah) di wilayah perkotaan, yang dengan mudah menjual tanah kepada kaum pendatang. Akibatnya, tanah-tanah di perkotaan dikuasai oleh kaum pendatang yang memiliki modal. Tanah yang dibeli itu, kemudian dibangun toko dan ruko.
Sebagian lagi dibangun rumah kos-kosan. Ironinya, orang Papua yang tinggal di daerah perkotaan harus sewa kos di atas tanah mereka sendiri yang sudah dijual kepada kaum pendatang.
Kini, di sepanjang jalan utama dan emperan toko, tampak sebagian besar orang Papua yang hidup di perkotaan menjajakan koran, jadi juru parkir, penjual souvenir, noken, pinang dan buah di tepi jalan. Kesenjangan ini tercipta secara terstruktur dan tanpa disadari membuat orang Papua semakin tersingkir.
Bukan itu saja, kekayaan alam dijual dengan harga paling murah sesuai dengan keinginan tengkulak atau bos perusahaan. Kayu dijual dengan harga murah. Dusun dijual untuk dijadikan kebun kelapa sawit. Gunung dan bukit dijual untuk tambang emas. Bahkan laut pun dijual untuk eksploitasi minyak dan gas alam. Papua dikeroyok dari berbagai arah. Papua dijarah dan diperjual-belikan secara bebas, tanpa kontrol sosial yang ketat. Pelakunya melibatkan orang Papua dan kaum pedatang yang mencari keuntungan.
Untuk memutus mata rantai jual-beli Papua ini, setiap orang Papua harus sadar akan kekayaan alamnya dan penderitaan manusianya. Papua kaya akan sumber daya alam, tetapi pada saat yang sama orang Papua hidup miskin dan menderita. Situasi ini akan berlanjut kalau orang Papua terus-menerus menggadaikan Papua untuk kepentingan pribadi dan golongan tertentu. Sebaliknya, kalau orang Papua sadar dan mau membenahi keadaan ini, maka Papua akan maju dan berkembang dibawa kendali orang Papua sendiri.
Saya selalu memiliki keyakinan bahwa: “hanya orang Papua saja yang mampu menentukan masa depannya seperti apa. Hanya orang Papua saja yang tahu ke mana Papua akan dibawa.” Bahwa ada kaum pendatang dan pemerintah Indonesia serta intervensi pihak asing, tetapi pada akhirnya, yang menentukan Papua adalah orang Papua sendiri.

"HANYA ORANG PAPUA SENDIRILAH YANG MENENTUKAN NASIB KAMI DIATAS TANAH KAMI WEST PAPUA". 

SALAM REVOLUSI



" Look To Jesus Is Lifes Way "

0 comments:

Posting Komentar

Ingatan

Hanya " SATU PAPUA " Dari Dulu Menjadi " SATU Dan KUAT " Demi Mewujudkan Impian Masa Depan Bangsa Papua. Menulis tentang apa yang saya saksikan dengan MATA, HATI, dan PIKIRAN ke-MELANESIA-an saya di West Papua sebelum menerima salah satu bagian dari hidup yang mutlak, yakni KEMATIAN...

Message For Visitor

=== Write about what I see with EYES, HEART and MIND the MELANESIA's Version my West Papua before receiving one part of life is absolute, ie DEATH ===