Ada apa di Papua......???
Hendrik Yarisetou
SALAM REVOLUSI
" Look To Jesus Is Lifes Way "
Hendrik Yarisetou
Papua memiliki kekayaan alam melimpah dengan beranekaragam suku,
ras, budaya, adat-istiadat serta agama dan kepercayaan. Kekayaan ini
seyogyanya dimanfaatkan untuk menyejahterakan segenap orang Papua.
Namun, harus diakui bahwa sampai saat ini, sebagian besar orang Papua
masih tetap terbelakang, hidup miskin dan menderita.
Pulau Papua
yang sangat menjanjikan masa depan yang cerah ini, telah mengundang
perhatian jutaan mata umat manusia dari berbagai pulau di Nusantara
untuk datang mengais rejeki. Kemudahan sarana komunikasi dan
transportasi memudahkan arus migrasi ke Pulau Papua. Setiap hari,
pelabuhan laut dan bandar udara disesaki oleh para pendatang baru yang
hendak menjejal hidup di pulau menjanjikan ini.
Situasi ini
menjadi salah satu alasan bahwa orang Papua menjadi minoritas di atas
pulaunya. Bukan hanya menjadi minoritas, orang Papua juga semakin
tersingkir karena minimnya keahlian dan keterampilan untuk bertahan
hidup di wilayah perkotaan yang semakin dikuasai oleh kaum pendatang.
Orang Papua semakin tersingkir ke daerah pedalaman.
Hal ini didukung dengan sikap pemilik hak ulayat (tanah) di wilayah perkotaan, yang dengan mudah menjual tanah kepada kaum pendatang. Akibatnya, tanah-tanah di perkotaan dikuasai oleh kaum pendatang yang memiliki modal. Tanah yang dibeli itu, kemudian dibangun toko dan ruko.
Hal ini didukung dengan sikap pemilik hak ulayat (tanah) di wilayah perkotaan, yang dengan mudah menjual tanah kepada kaum pendatang. Akibatnya, tanah-tanah di perkotaan dikuasai oleh kaum pendatang yang memiliki modal. Tanah yang dibeli itu, kemudian dibangun toko dan ruko.
Sebagian lagi
dibangun rumah kos-kosan. Ironinya, orang Papua yang tinggal di daerah
perkotaan harus sewa kos di atas tanah mereka sendiri yang sudah dijual
kepada kaum pendatang.
Kini, di sepanjang jalan utama dan emperan
toko, tampak sebagian besar orang Papua yang hidup di perkotaan
menjajakan koran, jadi juru parkir, penjual souvenir, noken, pinang dan
buah di tepi jalan. Kesenjangan ini tercipta secara terstruktur dan
tanpa disadari membuat orang Papua semakin tersingkir.
Bukan itu
saja, kekayaan alam dijual dengan harga paling murah sesuai dengan
keinginan tengkulak atau bos perusahaan. Kayu dijual dengan harga murah.
Dusun dijual untuk dijadikan kebun kelapa sawit. Gunung dan bukit
dijual untuk tambang emas. Bahkan laut pun dijual untuk eksploitasi
minyak dan gas alam. Papua dikeroyok dari berbagai arah. Papua dijarah
dan diperjual-belikan secara bebas, tanpa kontrol sosial yang ketat.
Pelakunya melibatkan orang Papua dan kaum pedatang yang mencari
keuntungan.
Untuk memutus mata rantai jual-beli Papua ini, setiap
orang Papua harus sadar akan kekayaan alamnya dan penderitaan
manusianya. Papua kaya akan sumber daya alam, tetapi pada saat yang sama
orang Papua hidup miskin dan menderita. Situasi ini akan berlanjut
kalau orang Papua terus-menerus menggadaikan Papua untuk kepentingan
pribadi dan golongan tertentu. Sebaliknya, kalau orang Papua sadar dan
mau membenahi keadaan ini, maka Papua akan maju dan berkembang dibawa
kendali orang Papua sendiri.
Saya selalu memiliki keyakinan
bahwa: “hanya orang Papua saja yang mampu menentukan masa depannya
seperti apa. Hanya orang Papua saja yang tahu ke mana Papua akan
dibawa.” Bahwa ada kaum pendatang dan pemerintah Indonesia serta
intervensi pihak asing, tetapi pada akhirnya, yang menentukan Papua
adalah orang Papua sendiri.
"HANYA ORANG PAPUA SENDIRILAH YANG MENENTUKAN NASIB KAMI DIATAS TANAH KAMI WEST PAPUA".
" Look To Jesus Is Lifes Way "
0 comments:
Posting Komentar